Setelah
berhasil memukul mundur pasukan TRI di Km 16, Belanda meneruskan perjalanan
menuju Pangkalpinang. Kamis 14 Februari sekitar pukul 11.45 WIB, raungan sirine
mobil tentara Belanda sudah terdengar hingga Km 12. Sejumlah pimpinan TRI sudah
bersiap-siap mengambil posisi.
Sebelum
pertempuran terjadi, Pasukan Berani Mati beranggotakan 20 personel yang
dipimpin kapten Saman Idris mendapat perintah dari Kepala Staf Resimen Bangka
Belitung, Mayor Kiswoto, untuk membantu perlawanan TRI di Km 12. Sampai di Desa
Cengkong Abang, pasukan Kapten Saman Idris, bertemu 20 anggota TRI dari Kompi
Belinyu yang sebelumnya menginap di rumah H Kadir warga Desa Cengkong Abang. 20
anggota TRI belinyu itu kemudian bergabung dengan pasukan Kapten Saman Idris.
Dalam
perjalanan menuju Km 12, Kapten Saman Idris dan pasukannya bertemu mobil palang
merah TRI menuju arah Pangkalpinang. Dari dalam mobil palang merah itu keluar
seorang anggota TRI bernama Bujang Perit dan memberitahu Kapten Saman Idris,
bahwa tentara Belanda sudah tiba di ujung Desa Petaling.
Setiba
di Km 12, Kapten Saman Idris dan kawan-kawan langsung bergabung dengan kelompok
TRI yang sudah menunggu di Km 12. Beberapa saat kemudian, dari arah Muntok
iring-iringan truk tentara Belanda mendekati kawasan Bukit Ma Andil Km 12.
Iring-iringan truk itu dikawal satu unit sepeda motor yang dikendarai bekas Komisaris polisi
Belanda bernama Steghment. Namun oleh TRI, Steghment sengaja dibiarkan lewat
agar pasukan Belanda dalam iring-iringan tidak terusik. Begitu steghment dengan
sepeda motornya berlalu puluhan meter dari Km 12 dan iring0iringan truk
melintas di kaki Bukit Ma Andil, TRI bersiap-siap melakukan penyerangan.
Tepat
pukul 12.00 WIB, Km 12 mulai bergolak. Iring-iringan truk yang membawa ratusan
pasukan Belanda itu digempur habis-habisan dari atas Bukit Ma Andil. Mendapat
serangan yang tiba-tiba itu membuat tentara Belanda yang berada di dalam truk
menjadi kocar-kacir. Keadaan mereka yang berdesakan di dalam truk sulit untuk
melakukan tembakan balasan. Hasilnya, dalam waktu singkat pluhan tentara
Belanda tewas di dalam truk.
Untuk
melakukan serangan balasan, tentara Belanda terpaksa berhamburab keluar dan
berlindung di bawah truk, TRI tidak menyia-nyiakan kesempatan dan menembak
membabi buta. Hasilnya, di sepanjang ruas jalan Kawasan Bukit Ma Andil, dalam
waktu singkat telah bergelimpangan tentara Belanda meregang nyawa.
Kurang
lebih tiga jam pertempuran berlangsung, Kondisi TRI mulai terdesak.
Penyebabnya, beberapa orang TRI yang berada di garis depan pertahanan Km 12
satu persatu berhasil ditembak Belanda. Sementara persediaan peluru TRI sangat
terbatas bahkan ada beberapa pucuk senapan mesin milik TRI ngadat karena
terlalu panas. Belanda semakin leluasa menembus pertahanan TRI. Sedangkan
pasukan TRI yang berposisi di lapis kedua nyaris tidak mampu lagi melakukan
perlawanan lantaran peluru makin menipis. Melihakt kondisi yang kurang menguntungkan
itu, Kapten Saman Idris langsung menginstruksikan agar seluruh TRI yang selamat
untuk meninggalkan Bukit Ma Andil.
Hanya
beberapa menit usai pertempuran, dari arah Pangkalpinang, Kapten Munzir Thalib
bersama enam orang anak buahnya tiba di Km 12. Kedatangan Kapten Munzir di Km
12 atas perintah Mayor Kiswoto untuk menarik kembali pasukan TRI di Km 12 dan
bersama-sama bertahan di Pangkalpinang. Sedianya, jika seluruh TRI sudah
ditarik ke Pangkalpinang, maka Belanda akan dibiarkan leluasa masuk ke Kota Pangkalpinang
dan akan digempur pada malam harinya. Perintah itu juga terkait dengan adanya
rencana Mayor Kiswoto untuk membumihanguskan Kota Pangkalpinang, Kamis malam
tanggal 14 Februari 1946.
Namun,
Kapten Munzir yang tiba menggunakan Jeep dengan bendera Merah Putih di
depannya, langsung dikepung dan dihujani tembakan oleh Belanda. Serangan yang
tiba-tiba ini membuat Kapten Munzir dan anak buahnya panik dan tidak sempat
melakukan serangan balasan. Terlebih setelah Karto Saleh yang berada di
belakang setir sudah tertembak di bagian kening, tepat diantara kedua matanya.
Jeep yang membawa Kapten Munzir dan kawan-kawan hiang kendali dan nyungsep ke
tepi jalan dengan kondisi nyaris terbalik. Belanda kemudian dengan leluasa
menembak. Sebutir peluru merobek pinggul kiri Kapten Munzir. Dalam kondisi
telah bersimbah darah, Kapten Munzir memberi komando agar anak buahnya
menyelamatkan diri dengan cara melompat ke dalam hutan. Namun terlambat, empat
lainnya tertembak dan gugur menyususl Karto Saleh. Sedangkan satu orang lagi
yakni Kadar berhasil lolos. Sementara Kapten Munzir sendiri, disaat memberi
aba-aba agar anak buahnya melompat ke hutan, sebutir peluru susulanmengenai
paha kirinya hingga tembus menembus. Dengan sekuat tenaga Kapten Munzir berlari
ke dalam hutan dan lolos dari maut.
Pertempuran
di Km 12 pun usai, sebuah pertempuran yang paling banyak menelan korban dipihak
Belanda. Jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Namun menurut sejumlah saksi
mata, tentara Belanda yang tewas pada pertempuran di Km 12 ini berkisar seratus
lebih orang, diangkut menggunakan tiga unit truk dan dimakamkan di Muntok.
Semantara dipihak TRI, belakangan diketahui 12 orang kusuma bangsa gugur. Enam
diantaranya merupakan TRI Kompi Belinyu yakni Suardi Marsam alias Bugel, Salim
Adok, Abdul Samad Tholib, Adam Cholik, Sulaiman Saimin dan seorang anggota
Pasukan Berani Mati (PBM) A Madjid Gambang. Lima orang lainnya adalah anak buah
Kapten Munzir yakni Kamsem, Karto Saleh, Ali Samid, Saman Samin dan Jamher.
Satu orang lagi adalah Apip Adi, anggota TRI asal Kampung Airduren yang
sebelumnya bersama rakyat sudah lebih dahulu berjaga-jaga di Bukit Ma Andil.
Keduabelas anak bangsa ini, sore menjelang malam, dimakamkan oleh penduduk
setempat dalam satu lubang di Kaki Bukit Ma Andil Km 12 Desa Petaling dan
diabadikan dengan nama Pahlawan 12. Pada tanggal 8 November 1973, kerangkanya
dipindahkan ke Makam Pahlawan Padma Satria Sungailiat.
Kini,
Bukit Ma Andil masih berdiri kokoh. Disitu telah dibangun relief perjuangan,
sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu bagi gelora dan semangat
patriotisme anak bangsa. Peletakan batu pertama monumen tersebut pada tanggal
19 Desember 1980 dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 1981, bertepatan
dengan peringatan 35 tahun tragedi pertempuran di Bukit Ma Andil Km 12
Petaling.
Sumber
: Mokoginta Dasin, Ichsan dan
Dody Hendriyanto. 2009. Palagan 12: Api
Juang Rakyat Bangka. Pangkalpinang: CV Central Media Printing.
0 comments:
Post a Comment