Ads 468x60px


Selamat Datang di Blog rezarenaldi09.blogspot.com, Semoga Bermanfaat, Terima Kasih Atas Kunjungannya!

Labels

Friday, 8 March 2013

Pertempuran di KM 12 Petaling

Setelah berhasil memukul mundur pasukan TRI di Km 16, Belanda meneruskan perjalanan menuju Pangkalpinang. Kamis 14 Februari sekitar pukul 11.45 WIB, raungan sirine mobil tentara Belanda sudah terdengar hingga Km 12. Sejumlah pimpinan TRI sudah bersiap-siap mengambil posisi.
Sebelum pertempuran terjadi, Pasukan Berani Mati beranggotakan 20 personel yang dipimpin kapten Saman Idris mendapat perintah dari Kepala Staf Resimen Bangka Belitung, Mayor Kiswoto, untuk membantu perlawanan TRI di Km 12. Sampai di Desa Cengkong Abang, pasukan Kapten Saman Idris, bertemu 20 anggota TRI dari Kompi Belinyu yang sebelumnya menginap di rumah H Kadir warga Desa Cengkong Abang. 20 anggota TRI belinyu itu kemudian bergabung dengan pasukan Kapten Saman Idris.
Dalam perjalanan menuju Km 12, Kapten Saman Idris dan pasukannya bertemu mobil palang merah TRI menuju arah Pangkalpinang. Dari dalam mobil palang merah itu keluar seorang anggota TRI bernama Bujang Perit dan memberitahu Kapten Saman Idris, bahwa tentara Belanda sudah tiba di ujung Desa Petaling.
Setiba di Km 12, Kapten Saman Idris dan kawan-kawan langsung bergabung dengan kelompok TRI yang sudah menunggu di Km 12. Beberapa saat kemudian, dari arah Muntok iring-iringan truk tentara Belanda mendekati kawasan Bukit Ma Andil Km 12. Iring-iringan truk itu dikawal satu unit sepeda motor  yang dikendarai bekas Komisaris polisi Belanda bernama Steghment. Namun oleh TRI, Steghment sengaja dibiarkan lewat agar pasukan Belanda dalam iring-iringan tidak terusik. Begitu steghment dengan sepeda motornya berlalu puluhan meter dari Km 12 dan iring0iringan truk melintas di kaki Bukit Ma Andil, TRI bersiap-siap melakukan penyerangan.
Tepat pukul 12.00 WIB, Km 12 mulai bergolak. Iring-iringan truk yang membawa ratusan pasukan Belanda itu digempur habis-habisan dari atas Bukit Ma Andil. Mendapat serangan yang tiba-tiba itu membuat tentara Belanda yang berada di dalam truk menjadi kocar-kacir. Keadaan mereka yang berdesakan di dalam truk sulit untuk melakukan tembakan balasan. Hasilnya, dalam waktu singkat pluhan tentara Belanda tewas di dalam truk.
Untuk melakukan serangan balasan, tentara Belanda terpaksa berhamburab keluar dan berlindung di bawah truk, TRI tidak menyia-nyiakan kesempatan dan menembak membabi buta. Hasilnya, di sepanjang ruas jalan Kawasan Bukit Ma Andil, dalam waktu singkat telah bergelimpangan tentara Belanda meregang nyawa.
Kurang lebih tiga jam pertempuran berlangsung, Kondisi TRI mulai terdesak. Penyebabnya, beberapa orang TRI yang berada di garis depan pertahanan Km 12 satu persatu berhasil ditembak Belanda. Sementara persediaan peluru TRI sangat terbatas bahkan ada beberapa pucuk senapan mesin milik TRI ngadat karena terlalu panas. Belanda semakin leluasa menembus pertahanan TRI. Sedangkan pasukan TRI yang berposisi di lapis kedua nyaris tidak mampu lagi melakukan perlawanan lantaran peluru makin menipis. Melihakt kondisi yang kurang menguntungkan itu, Kapten Saman Idris langsung menginstruksikan agar seluruh TRI yang selamat untuk meninggalkan Bukit Ma Andil.
Hanya beberapa menit usai pertempuran, dari arah Pangkalpinang, Kapten Munzir Thalib bersama enam orang anak buahnya tiba di Km 12. Kedatangan Kapten Munzir di Km 12 atas perintah Mayor Kiswoto untuk menarik kembali pasukan TRI di Km 12 dan bersama-sama bertahan di Pangkalpinang. Sedianya, jika seluruh TRI sudah ditarik ke Pangkalpinang, maka Belanda akan dibiarkan leluasa masuk ke Kota Pangkalpinang dan akan digempur pada malam harinya. Perintah itu juga terkait dengan adanya rencana Mayor Kiswoto untuk membumihanguskan Kota Pangkalpinang, Kamis malam tanggal 14 Februari 1946.
Namun, Kapten Munzir yang tiba menggunakan Jeep dengan bendera Merah Putih di depannya, langsung dikepung dan dihujani tembakan oleh Belanda. Serangan yang tiba-tiba ini membuat Kapten Munzir dan anak buahnya panik dan tidak sempat melakukan serangan balasan. Terlebih setelah Karto Saleh yang berada di belakang setir sudah tertembak di bagian kening, tepat diantara kedua matanya. Jeep yang membawa Kapten Munzir dan kawan-kawan hiang kendali dan nyungsep ke tepi jalan dengan kondisi nyaris terbalik. Belanda kemudian dengan leluasa menembak. Sebutir peluru merobek pinggul kiri Kapten Munzir. Dalam kondisi telah bersimbah darah, Kapten Munzir memberi komando agar anak buahnya menyelamatkan diri dengan cara melompat ke dalam hutan. Namun terlambat, empat lainnya tertembak dan gugur menyususl Karto Saleh. Sedangkan satu orang lagi yakni Kadar berhasil lolos. Sementara Kapten Munzir sendiri, disaat memberi aba-aba agar anak buahnya melompat ke hutan, sebutir peluru susulanmengenai paha kirinya hingga tembus menembus. Dengan sekuat tenaga Kapten Munzir berlari ke dalam hutan dan lolos dari maut.
Pertempuran di Km 12 pun usai, sebuah pertempuran yang paling banyak menelan korban dipihak Belanda. Jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Namun menurut sejumlah saksi mata, tentara Belanda yang tewas pada pertempuran di Km 12 ini berkisar seratus lebih orang, diangkut menggunakan tiga unit truk dan dimakamkan di Muntok. Semantara dipihak TRI, belakangan diketahui 12 orang kusuma bangsa gugur. Enam diantaranya merupakan TRI Kompi Belinyu yakni Suardi Marsam alias Bugel, Salim Adok, Abdul Samad Tholib, Adam Cholik, Sulaiman Saimin dan seorang anggota Pasukan Berani Mati (PBM) A Madjid Gambang. Lima orang lainnya adalah anak buah Kapten Munzir yakni Kamsem, Karto Saleh, Ali Samid, Saman Samin dan Jamher. Satu orang lagi adalah Apip Adi, anggota TRI asal Kampung Airduren yang sebelumnya bersama rakyat sudah lebih dahulu berjaga-jaga di Bukit Ma Andil. Keduabelas anak bangsa ini, sore menjelang malam, dimakamkan oleh penduduk setempat dalam satu lubang di Kaki Bukit Ma Andil Km 12 Desa Petaling dan diabadikan dengan nama Pahlawan 12. Pada tanggal 8 November 1973, kerangkanya dipindahkan ke Makam Pahlawan Padma Satria Sungailiat.
Kini, Bukit Ma Andil masih berdiri kokoh. Disitu telah dibangun relief perjuangan, sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi bisu bagi gelora dan semangat patriotisme anak bangsa. Peletakan batu pertama monumen tersebut pada tanggal 19 Desember 1980 dan diresmikan pada tanggal 14 Februari 1981, bertepatan dengan peringatan 35 tahun tragedi pertempuran di Bukit Ma Andil Km 12 Petaling.


 
Sumber : Mokoginta Dasin, Ichsan dan Dody Hendriyanto. 2009. Palagan 12: Api Juang Rakyat Bangka. Pangkalpinang: CV Central Media Printing.

0 comments:

Post a Comment

Reza Renaldi

Petaling Banjar, 9 Jumadil Akhir 1412
Waktu Adalah Umurmu, Maka Bijaksanalah Memanfaatkan Sebaik-baiknya Untuk Beribadah Kepada Allah SWT!