A. Definisi
Kecacatan
1. Pengertian
Cacat Tubuh
Penyandang cacat tubuh adalah seseorang
yang mempunyai kelainan tubuh pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan
persendian baik dalam struktur atau fungsinya yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakuan kegiatan secara
selayaknya.
Cacat tubuh juga disebut cacat orthopedic dan cacat muskuloskeletal yang berarti cacat yang ada hubungannyan dengan tulang, sendi dan otot. Cacat ortopedi adalah sakit jenis cacat, dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, persendian mengalami kelainan (abnormal) sehingga timbul rintangan dalam melakukan funsi gerak (motorik)
Cacat tubuh juga disebut cacat orthopedic dan cacat muskuloskeletal yang berarti cacat yang ada hubungannyan dengan tulang, sendi dan otot. Cacat ortopedi adalah sakit jenis cacat, dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, persendian mengalami kelainan (abnormal) sehingga timbul rintangan dalam melakukan funsi gerak (motorik)
2. Jenis
Kecacatan
a) Putus
(amputasi) pada kaki dan atau tangan
b) Cacat
tulang persendian, tungkai, tangan dan sebagainya
c) Cacat
tulang punggung
d) Paraplegia
e) Cacat
akibat sakit folio
f) TBC
tulang dan sendi
g) Cerebral palcy
(cact koordinasi dari gerak anggota badan yang terganngu)
3. Derajat
Kecacatan
a) Cacat
Tubuh Ringan
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh
dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya tidak memerlukan
pertolongan orang lain. Termasuk dalam glongan cacat ini adalah amputasi tangan
atau kaki ringan salah satu, cerebral palcy ringan, layuh salah satu kakai,
tangan/ kaki bengkok dan sebagainya.
b) Cacat
Tubuh Sedang
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh,
dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya harus dilatih terlebih
dahulu, sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk
golongan ini adalah Cerebral palcy
sedang, amputasi dua tangan atas siku, muscle
destrophy sedang, scoliosis dan sebagainya.
c) Cacat
Tubuh Berat
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh
dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya selalu memerlukan
pertolongan orang lain, antara lain : amputasi dua kaki atas lutut dan dua
tangan atas siku, cebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia
berat dan sebagainya.
B. Karakteristik
Penyandang Cacat Tubuh
Karakteristik penyandang cacat tubuh
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Rasa
ingin disayang yang berlebihan dan mengarah over
protection
2. Rasa
rendah diri
3. Kurang
percaya diri
4. Mengisolir
diri
5. Kehidupan
emosional yang labil
6. Dorongan
biologis yang cenderung menguat
7. Kecenderungan
hidup senasib
8. Berperilaku
agresif
9. Ada perasaan tidak aman
10. Cepat
menyerah, apatis
11. Kekanak-kanakan
12. Melakukan
mekanisme pertahanan diri
Faktor-faktor
yang mempengaruhi karakteristik penyandang cacat tubuh, meliputi:
1. Faktor
bawaan
2. Penyakit
3. Waktu
terjadinya kecacatan
4. Perlakuan
lingkungan/masyarakat setempat
5. Perlakuan
anggota keluarga
6. Iklim
dan keadaan alam atau lingkungan alam
7. Ekologi
dan tradisi setempat
8. Pandangan
hidup
C. Faktor
penyebab kecacatan
Keacacatan dapat disebabkan oleh hal,
seperti :
1. Kecelakaan
yang terjadi
2. Faktor
genetik
D. Permasalahan
Kecacatan Bagi Penyandang Cacat Tubuh
1. Masalah
Internal
a) Menyangkut
keadaan jasmani
Kecacatan yang diderita seseorang dapat
mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan atau
gerakan yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari ( activity daily living )
b) Menyangkut
Kejiwaan
Akibat kecacatan dapat menganggu
kejiwaan/mental seseorang, sehingga seseorang menjadi rendah diri atau
sebaliknya, menghargai dirinya terlalu berlebihan, mudah tersinggung,
kadang-kadang agresif, pesimistis, labil, sulit untuk mengambil keputusan dan
sebagainya. Keadaan seperti ini sangat merugikan, khususnya yang berkenaan
dengan hubungan antara manusia.
c) Masalah
Pendidikan
Karena kecacatn fisiknya hal ini sering
menimbulkan kesulitan khususnya pada anak umur sekolah. Mereka memerlukan
perhatian khusus baik dari orang tua maupun guru di sekolah. Sebagian besar
kesulian ini juga menyangkut transportasi antara rumah kediaman ke sekolah,
kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah, maupun fasilitas umum lainnya.
d) Masalah
Ekonomi
Maslah ekonomi sosial tergambar dengan
adanya kehidupan penyandnag cacat tubuh yang pada umumnya berada di bawah garis
kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan.
Tingkat produktifitas yang rendah karena
kelemahan jasmaniah maupun rohaniah hingga tidak memiliki keterampilan kerja
(produksi) serta adanya hambatan di dalam struktur kejiwaan, sehingga
melaksanakan fungsi sosialnya.
e) Masalah
Penampilan Peranan Sosial
1)
Ketidakmampuan hubungan antar perorangan
(interpersonal relationship)
2)
Ketidakmapuan di dalam mengambil peranan
di dalam kegiatan sosial/kelompok(parrtisipasi sosial)
3)
Kecanggungan hubungan antar manusia di
masyarakat (human relation)
4)
Ketidakmampuan di dalam mengambil
peranan/di dalam kegiatan sosial/kelompok
5)
Ketidakmampuan di dalam saling pengaruh
mempengaruhi dalam suatu kelompok sosial (interkasi sosial)
2. Masalah
Eksternal
a) Masalah
Keluarga
Keluarga yang mempunyai anak penyandang
cacat tubuh, ayah dan ibunya ada yang merasa malu. Akibatnya penyandang cacat
tidak dimasukkan sekolah, tidak boleh bergaul dan bermain dengan teman sebaya,
kurang mendapatkan kasih sayang seperti yang diharapkan oleh anak-anak pada
umumnya, sehingga anak tersebut tidak dapat berkembang kemampuan dan
kepribadiannya. Selanjutnya penyandang cacat tubuh menjadi beben keluarganya.
b) Masalah
Masyarakat
Masyarakat yang memeiliki warga penyandang
cacat tubuh akan turut terganggu kehidupannya, selama penyandang cacat tersebut
belum dapat berdiri sendiri dan selalu mengantungkan dirinya pada orang lain.
Apabila dipandang dari segi ekonomi,
sejak seseorang terutama yang telah dewasa menjadi cacat tubuh, masyarakat
mengalami kerugian ganda, yaitu kehilangan anggota yang produktif dan bertambah
anggota yang konsumtif, yaang berarti menambah beban berat bagi masyarakat.
Oleh karena itu perlu usaha-usaha rehabilitasi yang dapat merubah penyandang
cacat tubuh dari kondisi konsumtif menjadi produktif. Disamping itu masih ada
sikap dan anggapan sebagian anggota masyarakat yang kurang begitu menguntungkan
bagi penyandang cacat tubuh, yang antara lain dapat digambarkan sebagai berikut
:
1)
Masih adanya sikap yang ragu-ragu
terhadap kemampuan (potensi) penyandang cacat tubuh.
2)
Masih adanya sikap masa bodoh di
sementara lapisan masyarakat terhadap permasalahan penyandang cacat tubuh.
3)
Belum meluasnya partisipasi masyarakat
di dalam menangani permaslahan penyandang cacat tubuh.
4)
Masih lemahnya sementara organisasi
sosial yang bergeraka di bidang kecacatan di dalam melaksanakan operasinya.
5)
Masih ada anggapan masyarakat bahwa
tenaga kerja penyandang cacat tubuh kurang potensial dibanding tenaga kerja
tidak cacat.
6)
Pengguna jasa tenaga kerja penyandang
cacat tubuh umumnya belum menyediakan kemudahan/sarana bantu yang diperlukan bagi
tenaga kerja penyandang cacat tubuh.
7)
Program pelayanan rehabilitasi medis,
rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat belum menjangkau seluruh populasi penyandang cacat
tubuh.
8)
Masih sangat terbatasnya aksesibilitas
bagi kemandirian dalam bekerja, seperti penyediaan perumahan, transportasi dan
jenis pekerjaan tertentu yang sesuai dengan jenis kecacatan serta fasilitas
umumnya.
c) Kelompok
Bermain
a) Sulit
menemukan kelompok bermain
b) Membentuk
kelompok khusus yang cenderung menutup diri
c) Antar
kelompok berkompetisi secara negatif
d) Pelayanan
Umum
Sarana umum, seperti : sekolah, rumah
sakit, perkantoran, tempat rekreasi, perhotelan, kantor pos, terminal, telepon
umum, bank dan tempat lain belum memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat
tubuh.
E. Kebutuhan
Penyandang Cacat Tubuh
Dengan adanya permaslahan tersebut
diatas perlu diberikan perhatian khusus kepada penyandang cacat tubuh yang
sedang berkembang dengan memenuhi kebutuhan penyandang cacat tubuh dari segi :
1) Perkembangan
penyandang cacat tubuh sebagai individu
Sebagai penyandang cacat tubuh yang
hidup dalam masyarakat yang komplek, ia memerlukan suatu lingkungan aman dan
memberikan kasih sayang, pengakuan dan penerimaan. Ia sebagai individu mengalami
hambatan namun masih mempunyai kemampuan-kemampuan yang dapat dikembangkan,
terutama di dalam perkembangan emosionalnya dimana emosi merupakan kebutuhan
yang sama dengan anak-anak yang tidak cacat.
2) Perkembangan
penyandang cacat tubuh sebagai makhlik sosial
Sejak penyandang cacat dilahirkan telah
disadarkan bahwa ia adalah makhluk sosial, kelangsungan hidupnya tergantung
pada orang di sekelilingnya, kebutuhan rasa aman dan kasih sayang merupaka hal
utama, hal ini dialami oleh penyandang cacat tubuh dan kebutuhan ini makin lama
makin bertambah seiring dengan perkembangan usia anak-anak. Jika kebutuhan
tersebut mula-mula hanya ditujukan kepada orang tuanya, lama kelamaan ia
membutuhkan teman bermain. Ia membutuhkan pengakuan, dihargai dan diterima oleh
teman-temannya dan akhirnya timbul keinginan akan status sosial yang layak di
dalam kelompok/masyarakat. Apabila perkembangan ini mengalami hambatan sebagai
akibat dari kecacatan, maka hal ini akan berpengaruh kepada perkembangan
kejiwaan anak.
3) Perkembangan
cacat tubuh dalam keluarga
Karena ketidaktahuan keluarga dalam
penanganan penyandang cacat maka dibutuhkan suatu organisasi persatuan orang
tua dan keluarga penyandang cacat.
4) Perkembangan
cacat tubuh dalam masyarakat
Perlu dijelaskan kepada masyarakat bahwa
penyandang cacat tubuh mempunyai kesamaan kesempatan dengan melibatkan
penyandang cacat tubuh dalam organisasi kemasyarakatan.
Disamping itu masyarakat juga perlu
diberikan bimbingan agar muncul kepedulian, partisipasi dan tanggung jawab
dalam penanganan penyandang cacat.
5) Pelayanan
umum
Fasilitas untuk penyandang cacat di tempat umum
hampir tidak ada. Contohnya : Jalur khusus bagi pengguna kursi roda, toilet
bagi pengguna kursi roda, tempat wudhu bagi pengguna kruck, boks telepon khusus
bagi pengguna kursi roda.
Sumber
: Direktorat Jenderal Pelayanan dan
Rehabilitasi Sosial.2008.Panduan Khusus Pelaksanaan
Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Tubuh dalam Panti. Jakarta: Departemen
Sosial RI.
0 comments:
Post a Comment