Angka
12 memiliki makna tersendiri dalam sejarah perjuangan rakyat Bangaka khususnya
terhadap peristiwa bersejarah di Bukit Ma Andil (perbatasan Desa Petaling
dengan Desa Cengkong Abang) Kecamatan Mendo Barat. Bahkan, angka 12 itu boleh
dibilang sebagai angka keramat.
Betapa tidak, pertempuran anak bangsa dibawah komando Kapten Saman Idris dengan Pasukan Berani Mati (PBM) dan Kapten Munzir Thalib, terjadi dalam kondisi yang nyaris serba 12. Yakni pukul 12.00 WIB, di Km 12, bertepatan dengan tanggal 12 Robiul Awal 1367 H dan gugur sebanyak 12 orang kusuma bangsa.
Betapa tidak, pertempuran anak bangsa dibawah komando Kapten Saman Idris dengan Pasukan Berani Mati (PBM) dan Kapten Munzir Thalib, terjadi dalam kondisi yang nyaris serba 12. Yakni pukul 12.00 WIB, di Km 12, bertepatan dengan tanggal 12 Robiul Awal 1367 H dan gugur sebanyak 12 orang kusuma bangsa.
Pertempuran
di Bukit Ma Andil merupakan pertempuran terakhir dalam upaya menghalau
perjalanan tentara Belanda dari Muntok untuk menduduki pusat pemerintahan
Bangka Belitung yakni Pangkalpinang.
Begitu
tentara Belanda lolos dari empat garis pertahanan sebelumnya (Muntok, Kelapa,
Puding dan Km 16 Petaling), dan memasuki garis pertahanan di Km 12, tentara
Belanda mendapat gempuran sengit dan gigih dari para pejuang. Bukit Ma Andil
bergolak laksana memuncratkan api perjuangan yang menyala-nyala demi tekad
menyelamatkan Pulau Bangka dan Kota Pangkalpinang ( kini Ibukota Provinsi
Bangka Belitung) agar tidak diduduki kembali oleh Belanda.
Sumber
: Mokoginta Dasin, Ichsan dan
Dody Hendriyanto. 2009. Palagan 12: Api
Juang Rakyat Bangka. Pangkalpinang: CV Central Media Printing.
0 comments:
Post a Comment